Skill Gap Setelah Onboarding? Saatnya Evaluasi Rekrutmen!

Skill Gap

Setiap perusahaan ingin talenta terbaik untuk bisa bergabung dan berkontribusi kepada perusahaan. Namun, tak jarang harapan ini berbenturan dengan realita. Setelah proses onboarding yang dirancang matang, munculnya skill gap pada karyawan baru bisa menghambat kinerja tim.

Fenomena ini, di mana kesenjangan skill baru teridentifikasi setelah karyawan resmi bekerja, seringkali menjadi indikator bahwa ada celah dalam proses rekrutmen. Dalam situasi ini, memahami skill gap dan mengevaluasi rekrutmen diperlukan membangun tim yang solid.

Apa itu Skill Gap?

Secara sederhana, skill gap adalah perbedaan antara keterampilan yang dibutuhkan untuk suatu peran pekerjaan dan keterampilan aktual yang dimiliki oleh seorang individu yang menempati peran tersebut.

Dalam rekrutmen, khususnya setelah proses onboarding, skill gap berarti seorang karyawan baru setelah melalui tahap seleksi dan orientasi, masih menunjukkan kekurangan pada keterampilan spesifik untuk menyelesaikan tugas atau mencapai KPI.

Kesenjangan ini bisa mencakup hard skill (seperti penguasaan perangkat lunak tertentu, kemampuan analisis data, atau bahasa pemrograman) maupun soft skill (seperti kemampuan komunikasi, adaptasi, problem-solving, atau kepemimpinan).

Kesenjangan keterampilan menjadi isu yang dapat berdampak signifikan pada produktivitas tim, efisiensi operasional, dan bahkan moral karyawan. Skill gap dalam tim bisa menyebabkan penundaan proyek, penurunan kualitas hasil kerja, peningkatan beban kerja pada tim yang lain.

Pada akhirnya, biaya operasional yang lebih tinggi akibat perlunya pelatihan tambahan. Oleh karena itu, mengenali dan memahami fenomena skill gap adalah langkah pertama untuk membangun strategi manajemen talenta yang lebih proaktif dan efektif.

Penyebab Skill Gap Setelah Onboarding

Permasalahan ini merupakan indikasi adanya ketidaksesuaian atau kelemahan dalam sistem rekrutmen perusahaan. Memahami penyebabnya bisa mencegah kesalahan yang sama terulang kembali. Berikut adalah penyebab skill gap:

1. Deskripsi Pekerjaan yang Tidak Jelas

Dalam proses rekrutmen deskripsi pekerjaan harus jelas. Jika dokumen ini disusun asal-asalan, terlalu umum, atau tidak menggambarkan kebutuhan dari posisi yang dibuka, maka akan sulit untuk menyaring kandidat yang sesuai.

Sebuah job description yang kurang spesifik dapat menarik pelamar yang memiliki kualifikasi umum, namun kurang dalam keterampilan khusus yang esensial untuk kinerja optimal.

Analisis pekerjaan yang mendalam dan kolaborasi dengan manajer lini untuk mengidentifikasi keterampilan teknis dan non-teknis sangat diperlukan adalah kunci untuk mengatasi masalah ini.

2. Proses Seleksi

Setelah deskripsi pekerjaan, proses seleksi menjadi ajang penting. Namun, akan menjadi masalah jika metode seleksi tidak dirancang untuk menguji keterampilan secara komprehensif dan objektif.

Wawancara yang terlalu fokus pada riwayat pekerjaan tanpa menggali studi kasus atau simulasi pekerjaan kurang efektif. Terlalu bergantung pada resume saja, tanpa verifikasi melalui tes keterampilan, tes psikometrik, atau wawancara dapat menyebabkan penilaian yang bias atau tidak akurat.

Pentingnya asesmen keterampilan yang relevan dan terstandardisasi perlu untuk memastikan bahwa kandidat memang memiliki kapabilitas yang dibutuhkan.

Baca juga : 9 Juta Talenta Digital Dibutuhkan di 2030, Apakah Bisnismu Siap?

3. Ekspektasi Perusahaan yang Tidak Realistis

Terkadang, skill gap muncul karena perusahaan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap karyawan baru. Ada anggapan bahwa setiap karyawan baru harus langsung produktif sejak hari pertama tanpa periode adaptasi yang wajar.

Ekspektasi ini seringkali tidak memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk memahami budaya perusahaan, sistem internal, atau tool spesifik yang digunakan. Ketika ekspektasi ini tidak dikomunikasikan secara transparan sejak awal atau perusahaan tidak menyiapkan support system yang memadai untuk adaptasi.

Penting bagi perusahaan untuk menetapkan ekspektasi yang realistis dan menyediakan waktu serta sumber daya yang cukup untuk proses transisi karyawan baru.

4. Proses Onboarding yang Kurang Efektif

Meskipun onboarding yang buruk jarang menjadi penyebab utama skill gap, proses ini dapat memperparah atau menyoroti kesenjangan yang sudah ada. Onboarding yang tidak terstruktur, minimnya panduan mengenai alat atau sistem internal bisa membuat karyawan baru kesulitan untuk mengaplikasikan keterampilan mereka.

Misalnya, seorang developer mungkin memiliki kemampuan coding yang sangat baik, tetapi jika onboarding tidak memperkenalkan framework atau stack teknologi spesifik perusahaan secara memadai, ia akan menghadapi skill gap adaptasi yang menghambat produktivitas.

Onboarding yang efektif harus mencakup pengenalan teknis dan budaya, memastikan karyawan merasa didukung dalam proses belajarnya.

Hilangkan Semua Tantangan dengan TalentGo, Solusi Talent Outsourcing IT Terbaik!

Menghindari skill gap yang merugikan membutuhkan keahlian dalam mengidentifikasi, menilai, dan mengembangkan talenta secara strategis. Namun, membangun tim rekrutmen internal dengan kapabilitas ini seringkali menantang, terutama bagi perusahaan yang ingin fokus pada core business.

TalentGo hadir sebagai mitra strategis untuk mengatasi tantangan ini. Kami adalah perusahaan talent outsourcing IT yang dapat membantu menemukan talenta IT terbaik yang sudah terseleksi ketat oleh HR dan profesional Lead. Konsultasikan kebutuhan perusahaan dengan TalentGo!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *