9 Juta Talenta Digital Dibutuhkan di 2030, Apakah Bisnismu Siap?

Transformasi digital sedang gencar dilakukan oleh berbagai perusahaan sampai hari ini. Hampir semua sektor industri, mulai dari keuangan, logistik, pendidikan, sampai kesehatan, sedang beralih ke sistem berbasis teknologi. Tapi satu hal yang masih jadi tantangan besar yaitu ketersediaan talenta digital.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital hingga tahun 2030.
Artinya, ada kebutuhan sekitar 600 ribu orang per tahun. Namun pada pertengahan 2025, angka ini diperbarui menjadi 12 juta. Permintaan meningkat, tapi apakah Indonesia memiliki talenta digital yang cukup?
Apa Itu Talenta Digital?
Talenta digital bukan hanya mereka yang bekerja di bidang teknologi murni. Istilah ini merujuk pada tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan literasi digital untuk mendukung transformasi di berbagai lini bisnis.
Contohnya mulai dari programmer, data analyst, UI/UX designer, hingga spesialis digital marketing dan cloud engineer. Mereka ini paham teknologi, cepat belajar, dan mampu bekerja lintas tim serta departemen.
Lebih dari sekadar hard skill, mereka juga punya pola pikir adaptif dan analitis—dua hal penting di era perubahan yang cepat.
Kenapa Permintaan Talenta Digital Meledak?
Digitalisasi terjadi di mana-mana. Perusahaan berlomba mengembangkan produk digital, mengotomatiskan proses, memperbaiki customer experience, hingga mengadopsi sistem kerja hybrid.
Ditambah lagi dengan hadirnya teknologi seperti artificial intelligence, big data, dan cloud computing. Peran-peran baru pun bermunculan, dan perusahaan harus bergerak cepat untuk mengisinya jika tak ingin tertinggal.
Pandemi COVID-19 juga jadi momentum penting yang mempercepat semua ini. Bisnis yang sebelumnya lambat berubah, kini didorong untuk beradaptasi demi bertahan.
Tapi Kenyataannya, Talenta Digital Masih Kurang
Kita sedang menghadapi supply yang minim dan mismatch. Banyak perusahaan membuka lowongan digital, tapi kandidat yang daftar skillnya tidak sesuai ekspektasi. Bahkan startup teknologi yang cukup agile pun ikut merasakan kesulitan yang sama.
Banyak kandidat belum siap masuk ke dunia kerja karena:
- Kurikulum pendidikan masih terlalu teoritis, belum menyentuh kebutuhan industri seperti agile mindset, penguasaan tools, atau kemampuan berpikir kritis.
- Skill yang dimiliki tidak mendalam, misalnya bisa desain tapi tidak paham dasar UX; bisa coding tapi belum terbiasa dengan sistem versi, testing, atau kerja tim berbasis sprint.
- Kurangnya pengalaman praktik dan exposure terhadap real project, sehingga saat masuk ke dunia kerja, banyak hal yang harus diajarkan dari nol.
- Soft skill seperti komunikasi, adaptasi, dan kolaborasi juga belum cukup kuat, padahal ini sangat krusial di tim digital yang serba cepat dan dinamis.
Di sisi lain, perusahaan juga belum sepenuhnya siap:
- Program upskilling dan reskilling internal masih minim, terutama untuk tim non-teknis yang sebenarnya juga butuh literasi digital.
- Banyak proses rekrutmen masih mengandalkan CV dan gelar, bukan penilaian berbasis skill atau portfolio.
- Talenta lokal yang berkualitas tinggi sering diburu perusahaan global, yang mampu menawarkan gaji kompetitif, remote working, dan jenjang karier yang lebih jelas.
Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang makin lebar antara kebutuhan industri dan ketersediaan talenta yang relevan.
Dampaknya, Bisnis Bisa Kehilangan Momentum
Tanpa tim digital yang solid, inovasi sulit berkembang. Proyek transformasi tertunda. Beban kerja meningkat karena SDM terbatas. Bahkan, perusahaan bisa kehilangan talenta terbaik karena tidak punya sistem pengembangan yang mendukung.
Lebih jauh lagi, perusahaan yang tidak berinvestasi dalam talenta digital akan sulit bersaing di pasar yang makin kompetitif. Kompetitor yang sudah lebih siap akan lebih cepat meluncurkan produk baru, menjangkau pasar lebih luas, dan mengambil pangsa pasar perusahaan.
Baca juga: Sharing Talent, Solusi SDM Fleksibel untuk Proyek Singkat
Jadi, Apa yang Bisa Dilakukan?
Di tengah permasalahan ini, proses rekrutmen harus lebih ketat, tidak hanya screening CV. Dibutuhkan pendekatan yang lebih objektif, efisien, dan berbasis data.
TalentGo hadir sebagai solusi modern untuk membantu perusahaan menemukan kandidat dengan skill yang benar-benar relevan. Dengan sistem penilaian berbasis kompetensi oleh profesional lead dan HRD.
Tersedia berbagai pilihan kerjasama seperti sharing talent, talent outsource, hingga talent squad. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!